k o do k i jo

perfectly imperfect

10/31/2010 10:29:00 AM

additional player

Posted by chrysti siswotaruno |

kulihat pria setengah baya itu memakai baju tipis di sore hari sehabis hujan, memanggul karungnya sambil mengais setiap tempat sampah yang dilewatinya. tangan kirinya memegang tongkat-boleh-nemu yang dipakai untuk menopang kakinya yang pincang. kulihat seorang tukang ojek memberinya uang seribu.

gadis pembersih toilet itu cantik. putih dan lugu. dia memegang tongkat pel dan serbet sambil memperhatikanku yang sedari tadi mondar-mandir. mencret-mencret mbak, kubilang demikian, kebanyakan makan sayur labu semalem. aku nyengir, dia tertawa. kutanya dia datang jam berapa pagi ini, dia bilang jam 5 pagi, dan ketika itu pukul dua siang, dia sudah siap-siap pulang.

bapak itu bernyanyi. bukan bos dengan dasi ketat yang makan di burgerking, bukan juga reporter majalah belagu yang sedang mengantri di departement store. tapi bapak yang mengayuh sepedanya di kawasan menteng, sambil berjualan kopi...

penjual peta itu masuk ke metromini, menawarkan peta lembaran seharga 5000 rupiah. dia tidak peduli warga jakarta yang kini sudah punya gps, blackberry, iphone, memakai twiiter, googlemap, foursquare atau apapun. dia hanya ingin makan, dan warga jakarta bergengsi tinggi itu tidak akan menjadi alasannya untuk tidak berjualan.

kue cubit itu enak. dan manis. penjual kue cubit yang satu ini sudah kukenal sejak aku umur 5 tahun. dan sampai saat ini dia masih berjualan. dan chrysti apriany masih (juga) jadi pembeli setianya. dia tidak berubah, tetap ramah. kupikir dia pasti mencintai pekerjaannya, jika tidak, mana mungkin dia bertahan sampai 17 tahun?



proud to live here, in Indonesia,
where i could learn any thing anywhere.

0 comments:

Subscribe